Selasa, 09 Juni 2009

Feature

“Saya jadi PNS karena pernah jadi pengamen”

Seorang pemuda yang mengenakan kemeja lengan pendek berwarna putih bersih menjadikan dia “someone different” ditengah-tengah mereka para pengamen yang menjajakan suara mereka setiap harinya di sekitar Jalan Malioboro.Berkacamata,bertubuh tegap dan berjenggot semakin mempertegas bahwa dia adalah bukan orang biasa diantara para pengamen yang sedang memainkan alat musik sederhana mereka.

Oleh Edhar Wali Masrizal

“Panggil saya Aa’ Arel aja Mas..”sapa dia membuka perbincangan kami.Lelaki yang baru saja genap berumur 26 tahun ini ternyata adalah mantan pengamen Malioboro.”Saya dulu juga ngamen disini Mas,awalnya cuma iseng sih tapi malah saya dapat sedikit pemasukan buat kuliah dan juga banyak belajar dari mengamen”ujar lulusan Strata Satu Jurusan Manajemen di salah satu Universitas Negeri di kota Gudeg. ”Saya jadi PNS karena pernah jadi pengamen” ujar barudak Banten yang sekarang sudah bekerja menjadi pegawai di Pemprov Banten ini,begitu dia bangga mengingatkan saya bahwa dia dahulu adalah mahasiswa yang juga mengamen demi tercapainya cita-cita untuk menimba ilmu di kota yang sarat dengan pendidikan,Jogja.Dia bercerita juga, setelah melalui perjalanan panjang menjadi pengamen dimana dia juga sempat dianggap seorang pelaku tindak kejahatan oleh lingkungan di sekitar dia tinggal,”padahal mengamen itu khan bukan perbuatan kriminal meskipun beberapa pengamen mungkin ada yang melakukan tindak kriminal tapi jangan disifati semua pengamen dong”,tegasnya.Aa’ Arel yang sekarang ternyata baru dalam masa liburan kerjanya dan tidak melewatkan kesempatan untuk mengunjungi para teman-teman lamanya para pengamen di sekitar Malioboro ini”meskipun banyak anak baru tapi aing tetap seneng kok maen kesini,apa jangan-jangan mereka tahu kalau ada seorang mantan pengamen Malioboro jadi PNS trus mereka pada ngamen di Malioboro biar kaya’ aing ya?”celuteknya sambil menikmati teh hangat angkringan khas Jogja.

Dia mengungkapkan ingin membuat suatu sanggar,asrama serta sebuah unit usaha untuk para pengamen agar mereka dapat pemasukan selain hanya dari mengamen dan juga mungkin agar lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.Namun di sela-sela obrolan kami pada malam hari itu,Aa’ Arel sangat menyayangkan kurang tanggapnya pihak Pemprov DIY Yogyakarta akan potensi daerah yang ada dalam tubuh seniman jalanan ini.Dia juga sangat berharap agar masyarakat luas tidak begitu mudahnya memberikan label”Jahat dan Sampah masyarakat’akan keberadaan para pengamen di sekitar Jalan Malioboro.”Kami ini butuh makan dan juga punya Tuhan”begitulah kalimat penutupnya untuk mewakili suara para pengamen di sekitar Jalan Malioboro.Setelah kurang lebih selama 90 menit kami mengobrol,Aa’ Arel pun meminta ijin untuk kembali ke habitat lama yang selama ini dia sangat rindukan,Jalanan Malioboro,pengamen dan alat musik sederhananya.

Edhar Wali Masrizal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar